Di suatu kampung terletak di pantai laut dan terpencil di dataran Pulo Halmahira dengan nama Patany, persis di tanggal 15 November 1966, seorang anak anak laki-laki anak pertama lahir, dari total empat saudara kandung, yang bernama Salim Kamaluddin dilahirkan.
Patani, sebuah pemukiman yang menghadap segera ke arah Laut luas dan pada cakrawala timur laut terlihat Kepulauan Morr, suatu pulau yang dipenuhi oleh rahmat Tuhan, pada pulau ini, tumbuh subur kelapa, pisang-pisang, umbi-umbian, serta diberkahi kecantikan Pasir putih-putih, ratusan ribu varietas Terumbu dan Ikan yang menyebabkan setiap orang yang mengunjungi pulau ini dapat menikmati, kecantikan lingkungan sebagai Anugerah Tuhan yang wajib di jaga dan dijaga kelestariannya.
Sebelum kita kita semua bergerak berangkat ke ke pulau Mor, terdapat satu tanjung tak tertandingi cantik yang bernama Tanjung yang indah Ngolopoppo. Di saat kita mendekat tanjung ini tanjung, terlihat seolah-olah karpet hijau hijau yang terhampar, dihiasi akan pepohonan yang rimbun dan vegetasi merayap yang tumbuh dengan bebas, tebing batu menjadi suatu pemandangan indah yang khas dan menyajikan kesan fenoma dari alam yang sangat indahnya.
Sepanjang Tanjung yang indah Ngolopopo, angin sejuk mengalir, bahkan sering menghasilkan gelombang deras dan derasnya arus, menjadi tempat berkumpulnya ribuan jenis ikan-ikan sebagai kekayaan alamiah tanah air ini, bau yang segar dari laut samudra dan daun-daunan. Burung-burung kasturi, maleo burung, burung kakak tua bernyanyi, menerbang di rendah di bawah awan, meningkatkan kesegaran alam di area yang memang begitu menawan ini.
Di tanah yang damai berkembang ini, dilahirkan seseorang pahlawan kemerdekaan bangsa dan sejumlah Pejabat Tinggi Penting pemerintahan, wilayah Potton, daerah kelahiran Salim Kamaluddin tidak hanya hanya sebuah tempat fisik, akan tetapi suatu tapak sejarah hidup yang mengandung memori yang tidak akan akan dilupakan perihal hubungan nature dan human serta perjuangan demi meraih cita-cita tinggi di masa waktu yang akan datang.
Dengan adanya inspirasi serta didorong dari kecintaan bagi menyumbangkan jiwa demi perkembangan bangsa Fagogoro menjadikan orang muda di kehidupannya berjuang dan berjuang melalui Sekolah Dasar di SDN Negeri Yaisowo hingga mendapatkan ijazah pada 1979 di Kawasan Patany.
Kemudian, melanjutkan edukasi SMP ke SMPN Patani sampai menamatkan di 1982, di Kecamatan Patani yang penuh dengan batasan. Memperhatikan situasi walikota yang penuh keterbatasan keuangan, serta banyak kebutuhan pada saat itu, serta terasingnya kawasan Patany yang masih terpencil serta masih belum memiliki Sekolah Menengah Atas sebanding Sekolah Menengah Atas, Salim Kamaluddin semangat teguh hati memilih untuk berpindah ke arah Ternate.
Di lokasi tersebut, orang tersebut meneruskan edukasinya pada SMA Islami Ternate dan sukses lulus di 1985. Setelah Menamatkan dari SMA Islami Pusat Ternatee, ia masih belum mampu melanjutkan edukasi menuju ke kampus, dikarenakan hal dan kebutuhan orangtua yang agak beberapa waktu itu. Salim terpaksa menunda ambisinya dalam durasi beberapa tahun, Salim Kamaluddin optimalkan periode serta berprofesi untuk pekerja kasar menuju ke Pulo Gebe, untuk menyimpan, keringat kerja keras pada dibuat untuk menciptakan jembatan harapan destinasi Perguruan Tinggi.
Salim Kamaluddin sosok yang tak pernah menyerah. Inilah sebabnya , pastinya hati seorang laki-laki Paton asli. Berperang bersama waktu dan juga perang keterbatasan menuju ke menemukan masa depan walaupun memuat banyak sulit. dan tahanan yang sangat kuat. kehidupan Salim Kamaluddin dengan ujian. Suatu hari, Setelah beruntung menabung separuh uang, individu tanah itu mengikuti tes masuk Universitas melalui ukuran keberanian pekerja Baru sipenmaru di hari 1986 yang datang dari SMA Negeri 1 Ternate.
muda kemudian balik di Patany membawa berita lulus telah diterima ke mengikuti studi D3, pada institusi Ambon. Ini merupakan pemenang perkelahian dan juga keras kepala dan juga teguh di ikuti amal pada setiap doa, serta orangtua dan keluarganya. Walaupun, menyampaikan serta biaya yang harga. Bunda yang sangat dicintainya yang telah bertahun lama melancarkan sakit, serta hari-hari memerintah berlanjut sukar, Bunda yang sangat dicintai terbaring dari puskesmas bersatu Soasio pada ketika itu, Salim Kamaluddin meminta izin dan serta terhadap Ibunda, agar pergi menghadapi Pengajaran di sekolah dari Ambon.
Pemuda harus meninggalkan belakang kediaman dan menetap di kejauhan, saat yang tepat ibu tercinta berada lemah di rumah sakit RSU Soa Sio di Kota Tidore. Sebelumnya meninggalkan anaknya yang diharapkan, sang ibu mengundang lim kecil ke sisi ranjang tidurnya. Pandangannya, walaupun letih, berkilauan dengan kebanggaannya dan tekad. "Salim," dia memulai dengan santun, "ini merupakan momentummu untuk mendapatkan impianmu, demi segala yang kita inginkan.
Kendati sang ibu enggan ada di sampingmu, sayangku dan harapanku akan selalu menyertaimu. Airmata menggenang dari mata anak kecil itu. "Tapi, Ibu, apa kata kita bisa pergi dari sini? Ibu perlukan Saya di sini." Sang ibu memegang lengan anaknya yang mana rapuh, mencengkramnya. "Nak, ini bukan hanya milikmu. Ini bagi kita. Saat melihatmu sukses merupakan sumber kebahagiaan yang besar serta penawar terbaik untuk jiwaku. Pergi dan tunjukkan dan buat kami bangga." Dengan perasaan yang mana berat sekali, Lim janji untuk untuk berprestasi dan menghormati perjuangan ibunya.
Ketika sang anak bergerak jauh dari sisi orang tua dan negeri yang sangat dihargai, beban beban dan cinta menghimpitnya. Anak itu tahu bahwa hasil kemenangannya akan menjadi bukti konkret sayang dan korban ibu tercinta yang mana tidak mudah goyah. Walaupun jaraknya diantara mereka semakin jauh-jauh, jalinan mereka semakin kuat sekali. Tiap surat dan telepon dari putra Lim ialah penerang harapan dan rasa bangga bagi ibu.